Kemajuan teknologi merambah
ke pelbagai bidang, termasuk bidang pendidikan di mana Teknologi Pendidikan menjadi
kiblat kemajuan pendidikan saat ini. Era 4.0 istilah yang sering pula
didengungkan di dunia pendidikan, di mana penggunaan teknologi sangat diharapkan
menyentuh setiap lini dan aspek pendidikan di sekolah, kampus dan lembaga pendidikan
non-formal lainnya.
Kerja-kerja di lingkup sekolahan
sangatlah banyak. Apa lagi jika membahas masalah “administrasinya”.
Administrasi ini yang selalu menyita waktu para guru dan tenaga kependidikan di
sekolah. Biasanya mereka tak jarang mengeluhkan keruwetan dan ketebalan tumpukan
adminsitrasi. Apalagi jika masih serba manual, menggunakan kertas.
Tak perlu membahas semua administrasinya,
misalnya saja administrasi untuk keperluan pelaksanaan ujian atau ulangan. Biasanya
akan dibuat rapat khusus pelaksanaan ulangan ini agar pelaksanaannya dapat
maksimal dan ketersediaan administrasinya dapat ditangani oleh panitia yang telah
ditunjuk.
Pada tahun-tahun sebelumnya,
jauh di mana teknologi dapat menyentuh penyiapan ujian-ujian di sekolah,
semuanya ditempuh secara manual dengan mengandalkan kertas sebagai sarana cetak
soal. Dampak paling mencolok adalah tingkat kebutuhan dan konsumsi kertas, Lembaga
pendidikanlah yang terbanyak mengeluarkan anggaran untuk belanja kertas.
Sekarang, pelaksanaan ujian
atau ulangan sudah dapat dijalankan dengan komputerisasi. Istilahnya “Computer
Based Test” atau Tes/ Ujian berbasis komputer. Tentu dengan model seperti ini,
kertas untuk penggandaan soal-soal dan administrasi lainnya sudah tidak
dibutuhkan lagi. Dari segi efisiensi, pekerjaan guru dapat terbantu. Proses
pemeriksan hasil ujian siswa tidak lagi dilakukan guru karena terbantu secara
komputerisasi melalui sebuah aplikasi pelaksana tes/ ujian. Berikut perbandingan
keunggulan mode ujian CBT dibanding mode konvensional:
Manual/ Konvensional |
Computer Based Test |
§ Butuh kertas yang banyak. § Guru mengetik soal, mencetak dan sekolah
menggandakan (foto copy). § Siswa terkadang letih menuliskan
jawabannya. Membuat bulatan yang harus rapi menggunakan pensil pada Ujian
Nasional berbasis paper. § Setelah cetak dan penggandaan, soal tidak
bisa lagi direvisi jika ada kesalahan penulisan. § Jawaban siswa harus diperiksa manual oleh
guru satu per satu. § Pengelolaan nilai akhir siswa membutuhkan
waktu agak lama. |
§ Minim kertas (Hampir tidak butuh kertas). § Guru hanya perlu mengetik soal dan
mengirimkan filenya. § Siswa santai mengerjakan, cukup meng-klik mouse atau tap layar Smartphone jika CBT- Android. § Soal tetap dapat diedit, meskipun siswa
sementara ujian. § Hasil ujian diperiksa secara
komputerisasi. Guru tinggal terima nilai siswa. § Pengelolaan nilai bisa cepat, hemat
waktu. |
Di pesantren Wahdaniyatillah
Dulang, Tanralili Kabupaten Maros, di bawah pimpinan Kiyai M. Ilyas Said, S.Ag.
sangat mengapresiasi sentuhan kemajuan teknologi dengan pendidikan di lingkup Pesantrennya.
Menurutnya, apapun itu yang sifatnya untuk kemudahan dan pemanfaatan teknologi
untuk kemajuan proses pendidikan harus diupayakan. Mulai dari penyediaan
sarpras dan SDMnya. Pesantren Wahdaniyatillah terus mengupayakan agar
guru-gurunya mau dan bersedia diutus untuk belajar kepada siapa saja terkait
pemanfaatan teknologi pendidikan.
(Tampilan Aplikasi
Tes/ Ulangan/ Ujian CBT-Android)
Ibu Irmawati, S.Pd. dan Umi
Kalsum, S.Pd. adalah bukti konkret kemajuan Madrasah memanfaatkan teknologi yang
menjadi Operator dan Proktor Ujian di tingkat Madrasah Aliyah. Sedang di
tingkat MTs. ada Ustaz M. Nasir, S.Sos.I, ibu Husnah, S.Pd. dan Pak Anwar yang
akrab disapa Kak Ochy’. Mereka dibantu juga dengan guru-guru lain untuk belajar
bagaimana mengupayakan pemanfaatan teknologi dalam mempermudah kerja-kerja
pendidikan dan pembelajaran.
Kegiatan Semester atau
Penilaian Akhir Tahun (PAT) berlangsung selama satu pekan 4 hari di Pesantren
Wahdaniyatillah. Berdasarkan pengamatan dan wawancara langsung dengan mereka
tadi di atas, aplikasi ujian ini berjalan sangat baik dan lancar. Apalagi
tersedia mode jaringan yang offline dan online. Bisa memilih offline jika
ketersediaan akses internet tidak mendukung katanya.
Selain untuk keperluan tes/ ujian/ ulangan, di Wahdaniyatillah telah dan sedang diupayakan agar santrinya juga belajar tanpa buku cetak manual, akan tetapi belajar dengan hanya mengakses Smartphone Android mereka. Ini memanfaatkan aplikasi e-learning yang telah disiapkan “gratis” oleh Kemenag. Ke depan, Pesantren Wahdaniyatillah mengedepankan ciri khas dengan pembelajaran berbasis IT.
2 Komentar
Mantap jiwa...sukses sllu bwt adinda Pak Muhajir, S.Pd...Horassss
BalasHapusWah... jauh-jauh dari Medan nih. Makasih support nya. 😁
Hapus